Banner

Kabar Tangisan, Papua Ku

Share it:
ad

 Karya :Nicko sol



Suara duka, akibat ulah manusia eee

Seraka lah kau 

Ado ee eheh 

Entah lah dunia semakin membenci ku

Kemana kah aku mencari mu


 hari berganti bulan

 tahun berganti tahun .

Penuhi dengan tangisan

Di bawah bunyi senjata.

Bertahan di lembah lembah , rimba di bahwa guyuran hujan , bertahan di hidup 

Kau daki gunung walaupun itu mengancam nyawa , tidur tanpa alas di bawah pohon,gua batu 

Adoooooo mama yooo

Apa kah.......Ini takdir.

Adoo Tuhan eee di mana aku mengadu

Semua ne

Aku bertanya tanya

Sampai kapan semua akan berakhir


Demi atas nama pembangunan

Demi atas nama Freeport

Demi atas nama blok wbu

Demi atas nama Nkri harga mati

Demi atas nama minyak sawit 

Demi atas nama ke gaya alam

Demi atas kekayaan 

Kali membuat keluarga menderita diatas tanah lahir 

Bagiku

Papua Indahnya negeriku

Bukit dan lembah

Gunung dan sungai

Lautan dan daratan

Terbentang luas dan mempesona setiap insan yang memandangnya

 

Burung di udara dan ikan di laut

Bersabar dan setia merajut hidup yang harmonis

Hingga pemburu datang dan pergi membawa nyawanya

hingga waktu terus berjalan dan hingga

Para pembunuh berganti profesi bermisi operasional


Tak terbayangkan kejamnya ego profesimu

Kami bersuara atas kejadian di Papua kepada para berdasi, dianggap melawan negara

Solokan separatis, KKB, teroris

Di labeli teroris

Selalu diasingkan .

Mama papua berdiri dibalik layar

Mama Papua menangis

 Bercucuran air mata dan bermandi darah

Mama papua berjalan di atas kisah tak bermuara

Drama hidup diputar kembali

Mama papua hidup luka diatas luka

Hak bersuara diinjak-injak

 Hari hari warnai kesedihan

Kegelisahan hati tak bisa menerima realitas dari kesunyian

,tanda tanya 

Mereka tak mempedulikan .

kita hidup dalam penantian, dalam luka tanpa ada rasa kasih sayang , di mana keadilan eh entahlah  

Kata mereka bhinneka tunggal Ika

Kini tinggal nama

Sila UUD 

Jadi makar 

Pagar menjadi makan tanaman.

Media jadi publik kasih dagang manusia


Kemana kah

 kita berteduh dalam nawongan

 sunyi tengah suara letusan senjata dan tetesan tumpah air mata ber beyur dalam tanah tanpa habis habi nya kesilmuti dara

Darah mengalir tak berkesudahan

Membasahi negeri yang tak bersalah

Menyuburkan bibit kapitalis berwajah dua

Memelihara ibu pertiwa yang tak punya hati nurani



Tanah jantung kolonial 21 Januari 2022.

Share it:

Puisi

Post A Comment:

0 comments: